Jangan Larut dalam Kesedihan
Jangan Larut dalam Kesedihan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 15 Rabiuts Tsani 1447 H / 7 Oktober 2025 M.
Kajian Tentang Jangan Larut dalam Kesedihan
Hal ini berlaku bagi siapa pun yang sedang dirundung masalah. Jangan larut dalam kesedihan seolah-olah penderitaan itu akan berlangsung selamanya, atau merasa tidak bisa lepas darinya. Perasaan seperti ini ditanamkan oleh setan agar seseorang terus hidup dalam kesedihan sepanjang hayatnya, dan hal itu akan memberatkan dirinya.
Dalam Islam, tidak diperbolehkan memperbarui kesedihan atau terus-menerus larut di dalamnya. Semua orang memiliki momen kesedihan dalam hidupnya. Hidup memang seperti itu — kadang bahagia, tertawa, tersenyum, dan kadang harus menghadapi ujian serta kesedihan.
Bahkan Nabi pun pernah merasakan kesedihan. Dalam sirah disebut dengan istilah ‘Amul Huzni (Tahun Kesedihan), yaitu tahun ketika Nabi kehilangan istri beliau yang tercinta, Khadijah, serta paman beliau, Abu Thalib. Yang lebih menyedihkan, Abu Thalib wafat dalam keadaan kafir, sedangkan Khadijah selama ini menjadi penopang dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, terutama dalam hal bantuan finansial.
Nabi sangat bersedih. Beliau juga pernah ditolak dalam dakwahnya, diusir dan dilempari oleh penduduk Thaif. Dalam keadaan seperti itu, malaikat penjaga gunung datang menawarkan, “Perintahkanlah apa yang engkau kehendaki terhadap mereka, jika engkau mau, aku akan timpakan gunung ini kepada mereka.” Namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengambil kesempatan itu, meskipun beliau dalam keadaan sedih.
Para nabi dan rasul pun mengalami kesedihan dalam kehidupan mereka. Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam sangat sedih ketika kehilangan dua putranya, Yusuf dan Bunyamin, hingga penglihatannya memutih karena kesedihan yang mendalam. Allah Ta’ala berfirman:
…وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ
“Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan, maka ia menjadi seorang yang menahan amarah.” (QS. Yusuf [12]: 84)
Itulah cobaan dan ujian hidup yang dijalani manusia. Jika para nabi dan rasul saja mengalami kesedihan dalam kehidupan mereka, maka manusia pun akan mengalaminya. Hidup tidak selalu berisi tawa dan kebahagiaan. Ada kalanya seseorang harus menjalani masa-masa sedih dalam hidupnya.
Termasuk para remaja yang mungkin sedang menghadapi berbagai masalah. Mereka bisa bersedih karena kehilangan orang yang dicintai, kehilangan barang yang disukai, atau sebab-sebab lain yang membuat hati berduka.
Namun dalam Islam, seorang muslim tidak boleh larut dalam kesedihan apa pun bentuknya. Apa pun ujian dan cobaan yang Allah berikan, seorang hamba tidak seharusnya terus-menerus tenggelam dalam duka. Ada masa untuk melupakan kesedihan dan bangkit kembali.
Orang yang sedang bersedih cenderung rapuh dan mudah dibisiki setan. Kondisi ini berbahaya. Jika seseorang terus larut dalam kesedihan, bisa jadi ia akan menyesali takdirnya, menyalahkan Tuhannya, bahkan mengutuk dirinya sendiri. Setan dapat terus membisikinya hingga akhirnya ia membenci kehidupan.
Inilah bahayanya orang yang larut dalam kesedihan. Karena itu, anak-anak dan remaja perlu dilatih agar tegar menghadapi kesedihan, belajar melupakan duka, dan bangkit kembali. Jika tidak terbiasa, mereka akan terus bersedih tanpa akhir.
Salah satu hikmah Allah menciptakan sifat lupa pada manusia adalah agar manusia dapat melupakan kesedihan. Tanpa lupa, manusia tidak akan pernah bisa tersenyum lagi, karena banyak hal menyedihkan yang akan mereka hadapi di dunia. Dunia ini adalah دار البلاء (darul bala’), tempat ujian.
Tidak semua orang mampu melewati kesedihan tanpa latihan. Karena itu, penting untuk melatih anak-anak agar mampu menghadapi kesedihan, melupakannya, dan tidak membiarkan duka mengganggu pikiran serta aktivitas mereka. Dengan begitu, mereka bisa bangkit dan melanjutkan hidup.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55662-jangan-larut-dalam-kesedihan/